Wednesday, November 30, 2011

Keragaman

Apa yang terjadi bila di dunia terbentuk masyarakat yang homogen? Semua serba sama; cara makan sama, cara tidur sama, cara berpikir sama dan mungkin juga cara mati pun akan sama.

Inikah yang diinginkan Tuhan? Benar bahwa Tuhan menciptakan manusia sesuai dan seturut dengan "gambarNya" --ada esensi kesamaan,-- tapi Tuhan juga memberi manusia sebuah talenta besar yakni "Akhlak." Lalu apa istimewanya sebuah akhlak? Setahuku akhlak membuat kita dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Artinya, dunia ini diciptakan dengan sebuah keragaman, ada kebaikan dan juga ada keburukan atau biasa kita sebut kejahatan.

Dalam tayangan-tayangan berita di televisi, sering kita dipertontonkan dengan beragam konflik dengan latar belakang “perbedaan.” Maksudnya antar manusia saling membunuh oleh karena perbedaan suku, agama maupun ras. Tanpa pandang bulu, setiap orang yang dianggap berbeda akan dianiaya bahkan sampai dibunuh. Ini nyata terjadi, dan bukan hanya di Indonesia tapi juga dibelahan bumi lainnya.

Berikut beberapa contoh gambaran konflik sebagai akibat keragaman yang terjadi di Indonesia :

Pertikaian Ketapang (23-11-1998)

Pertikaian Kupang (30-11-1998)


Pertikaian Poso (27-12-1998)


Pertikaian Ambon (19-1-1999)

Konflik menurut Wikipedia berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Titik berat dari penjelasanan mengenai definisi konflik adalah “konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.” Dari kalimat diatas, penulis di Wikipedia menekankan bahwa keragaman itu tak terpisahkan dari kehidupan kita manusia dan konflik akibat perbedaan takkan pernah hilang selama manusia masih hidup berelasi satu dengan yang lainnya.

Dari penjelasan tersebut, hanya satu kata yang terbesit dibenakku yakni “ngeri.” Ngeri oleh karena kita manusia ternyata takkan pernah terpisahkan dari konflik dan sepanjang kehidupan manusia di bumi kita akan selalu diperdengarkan dan melihat pertikaian-pertikaian antar manusia.

Lalu inikah yang diinginkan Tuhan kepada kita manusia saat penciptaan itu terjadi ?

Jujur aku tak bisa menjelaskannya dari sisi teologis, karena aku sendiri bukanlah anak/hambaNya yang taat membaca isi dari FirmanNya. Tapi sepanjang kehidupanku, aku takkan pernah lupa akan perintah Tuhan yang paling utama yakni “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Disini aku diajarkan bahwa manusia diciptakan memang dengan keragaman, tapi keragaman itu bukan dimaksudkan untuk kita akhirnya saling berkonflik bahkan sampai dengan saling membunuh. Ada kasih sebagai jembatan penghubung antara keragaman.

Mengimplementasikan kasih tidak bisa dengan cara cepat layaknya makanan cepat saji, dan berdasarkan kepentingan individu atau kelompoknya semata, namun harus secara holistik kepada setiap individu manusia siapapun dia. Mudah diucap tapi sulit dilakukan, sayapun secara pribadi paham akan itu. Tapi ingat, manusia juga diciptakan dengan talenta khusus lainnya yaitu sifat tenggang rasa.

Sifat tenggang rasa berarti kita dapat menghargai dan menghormati perasaan orang lain, atau dengan tenggang rasa kita dapat merasakan atau menjaga perasaan orang lain sehingga orang lain tidak merasa tersinggung. Oleh karena sifat inilah kita dapat bergaul dengan siapa saja, dimana saja, dan kapan saja.

Menilik dari penjelasan-penjelasan diatas, kita manusia memang tidak diciptakan untuk menjadi homogen, begitupun untuk dipaksa agar menjadi homogen. Oleh karenanya keragaman jangan dianggap sebagai sebuah kezaliman dari Tuhan, tapi jadikan keragaman sebagai sebuah berkat dari sang Khalik. Karena didalam keragaman kita dapat merasakan berbagai pengalaman-penagalam menarik lain dalam hidup.

Coba bayangkan bila pelangi hanya memiliki satu warna, tidak indah dipandang mata bukan? Pelangi dengan keragaman warnanlah yang membuat pelangi menjadi elok dipandang mata.

"Pesan Sosial : Mencari musuh itu mudah namun mencari teman/saudara itu sulit, maka cari dan ciptakanlah pertemanan dan persaudaaraan sebanyak-banyaknya."

2 comments:

Hannah said...

tidak bisa kita pungkiri juga bahwa dalam kita berelasi dengan orang lain konflik tentu tidak bisa kita hindari. konflik hadir dalam banyak wajah. tetapi banyak orang yang tidak pernah mau belajar dari setiap konflik yang terjadi sehingga konflik itu bisa saja kembali hadir. seandainya dari setiap konflik yang terjadi kita bisa semakin dewasa dalam menyikapinya, tentu kebodohan2 itu bisa diminimalisasi. ^^

ferdinand.anaboeni said...

Punya contoh sikap kedewasaan yang dimaksud ?

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...