Wednesday, November 2, 2011

Ibuku Malaikatku


Haloooooooooooo.

Senangnya bisa kembali online. Oh iya, beberapa hari ini aku disibukkan dengan persiapan audit internal di UNDANA yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 11-12 November 2011. Dalam rangka itu, aku diminta mempersiapkan kelengkapan dokumen perihal daftar inventaris barang yang ada di laboratorium komputer Puskom, daftar inventaris jadwal dan penggunaan laboratorium, termasuk daftar prioritas pengembangan teknis untuk laboratorium komputer.

Lumayan menguras otak sebenarnya dikarenakan belum pernah sekalipun membuat form daftar inventaris barang sesuai spesifikasi yang diminta oleh pimpinan. Bolot sekali ya aku? But, finally i finished that job.

Ngomong-ngomong ada satu hal penting yang ingin kuceritakan ke kalian. Kisah yang teramat sangat membahagiakan--bagiku-- dan semoga juga bisa membahagiakan kalian. Begini ceritanya :

Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 21 Oktober, ibuku atau yang kusapa mama pergi keluar kota untuk melakukan pertemuan rohani. Kalau tidak salah pertemuan itu diselenggarakan oleh Haggai Institute Indonesia. Kepergian ibuku membuatku super khawatir dikarenakan masalah asupan gizi yang pasti berkurang untuk aku.

Mama adalah seorang ibu yang sangat memperhatikan asupan gizi keluarganya. Bayangkan saja, setiap pagi, aku dan ayahku selalu disuguhi jus buah + sayur + susu. Khusus untuk aku, mamaku menyiapkan dos nasi yang sewaktu-waktu bisa kugunakan untuk membawa makanan ke kantor--bila terlambat bangun pagi.--

Setiap pagi, siang dan malam, jenis dan ragam lauk-pauk selalu berganti. Meskipun sebenarnya terkadang dengan bahan dasar yang sama. Tapi bahan dasar itu selalu dikombinasikan menjadi makanan yang baru dan enak.

Oleh karena itulah kepergian mama menjadi kekhawatiran tersendiri untukku, tidak tahu dengan ayah. Oh iya, dirumah kami hidup hanya bertiga, kakak pertama sudah menikah dan tinggal bersama suami sedangkan kedua saudariku lainnya bekerja dan kuliah di kota Surabaya.

Kekhawatiran itu semakin lengkap takkala sehari sebelum kepergian ibu aku berkata kepadanya bahwa besok akan diadakan kebaktian pemuda di rumah. Ibuku lalu berinisiatif membeli Tahu sebanyak 1/2 nampan sebagai persiapan dan menyuruh Yudith--anak asuh dirumah-- untuk menyimpannya di kulkas. Ternyata oh ternyata, Yudith memberitahu kalau ibadah pemuda bukan dilaksanakan pada minggu ini tapi minggu depannya lagi. #%$@#$%...

Mau dikata apa, istilahnya "bubur sudah matang". Ayah yang pada saat itu duduk bersebelahan dengan kami langsung membuat wajah tak bersahabat--padahalnya sedari dulu memang sudah jelek wajahnya, hahaha.-- Melihat wajahnya yang jadi aneh aku langsung menggoda ayah. Kira-kira seperti ini obrolan kami :

Aku : "Siap-siap bapa, sepuluh hari kedepan kita bakalan makan Tahu terus, dijamin gizi kita bakalan bertambah."
Ayah : "Pak pung cara tu, ini gara-gara pak sudah!"
Ibu : "Hahaha, besong dua ni.."
Aku : "Hahahahahahahahahahahaha."

Sepuluh hari ibuku pergi keluar kota, sepuluh hari juga Tahu menjadi hidangan wajib untuk aku dan ayah. Sungguh sangat tragis nasib ini.

--Kejadian selama sepuluh hari aku skip saja untuk mempersingkat waktu--

Setelah sepuluh hari berselang, ibuku pun kembali ke rumah. Sebelum kami pergi menjemput ibu di bandara, aku dan ayah sempat ngobrol. Berikut obrolan kami :

Aku : "Boss, bta telalu rindu deng mama. Bta yakin dan percaya ketong pung asupan gizi akan kembali terjamin."
Ayah : "Itu sudah nak, mama sonde ada ni memang ketong repot."
Aku : "Akhirnya ketong sond bakalan makan Tahu lagi."
Ayah : "Gara-gara lu na."
Aku : "Hahaha, masih saja mengingat itu kisah, kan bta su minta maaf."
Ayah : "Yang penting mama su pulang ketong aman sudah."

Obrolan itu menjadi pengingat bagiku kalau IBUKU ADALAH MALAIKATKU.


Pesan Sosial : Kasihilah ibumu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri dan jangan cuman mengingat mengasihi pacar saja.


0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...