Saturday, August 20, 2011

Indonesia Itu Sudah Merdeka Tapi Masih Terjajah

Dua puluh enam tahun sudah waktu yang saya lalui hidup sebagai bagian dari bangsa Indonesia, putra kebanggaan bangsa. Dua puluh enam tahun juga perayaan kemerdekaan Republik berlangsung sepanjang hidupku. Dalam buku-buku sejarah --yang dikemas dalam kurikulum tingkat SD sampai SLTA-- kami diajarkan bahwa bangsa ini pertama kali disebut bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 2011, waktu yang diperlukan sebelum Indonesia merdeka adalah 350 tahun masa penjajahan Belanda ditambah 3,5 tahun masa penjajahan Jepang, proklamatornya adalah dua orang negawaran besar bernama Soekarno dan Mohammad Hatta, kemerdekaan Indonesia diceritakan direbut dari tangan penjajah penuh dengan gelimpangan darah, dan bambu runcing adalah senjata andalan para pejuang melawan peralatan perang berbahan baku baja dan bom berdaya ledak tinggi.

Sejarah di atas seperti sebuah cerita dongeng bergenre heroik yang membentuk pola berpikir kita untuk semakin dan selalu mencintai bangsa ini dan bila perlu menjaganya. Tak ayal, memang itu terjadi. Kita mencintai bangsa ini, kita juga menghargai jasa para pejuang dan kita bertekad menjaganya. Namun apakah betul kita telah menjaga kemerdekaan ini? Secara teknis Ya memang BENAR. Tak pernah ada lagi penjajahan oleh bangsa lain kepada kita. Tapi apakah hanya dengan menjaga bangsa lain tidak menjajah kita maka kita tetap layak disebut bangsa yang merdeka?

Kata Merdeka sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta “mahardhika,” yang berarti “bebas.” Bila ditilik ke belakang, enam puluh enam tahun sudah Indonesia merdeka. Enam puluh enam tahun juga kita merasakan kebebasan. Rakyat negeri ini selayaknya tidak mengenal lagi kata ‘penjajahan.’ Namun kenyataannya penjajahan oleh bangsa sendiri rupa-rupanya malah/sedang terjadi dan menjadi tren penjajahan gaya baru. Lihat saja, masih banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan, berpuluh ribu bayi mengalami busung lapar, berjuta petani berteriak karena mahalnya harga pupuk dan ketidakberdayaan nasib mereka di tangan para tengkulak dan rentenir. Lihat juga para guru yang terkadang menambah profesi menjadi tukang ojek demi memenuhi kebutuhan sandang dan pangan. Buruh pabrik atau biasa disebut kuli bermandi keringat dan kulit yang semakin gosong dengan mendapat bayaran yang teramat sedikit.



"Seorang anak kecil harus merasakan pahitnya hidup mencari uang dengan menjadi pemulung"




"Rakyat Papua masih banyak yang hidup dalam kemiskinan"



"Seorang ibu yang hanya bisa melihat anaknya terbaring lemah dengan perut buncit pengidap busung lapar"


Enam puluh enam Tahun Indonesia merdeka, apa yang sudah didapatkan rakyat negeri ini? Kemelaratan, kesengsaraan, ancaman, doktrinasi, penipuan serta jargon jaminan sosial yang mengatasnamakan rakyat tapi kosong melomping dalam realisasinya?

Tidak bisa dipungkiri, memang telah ratusan bahkan ribuan gedung yang menjulang tinggi, apartemen, kondominium, rumah KPR, jembatan, jalan tol dan masih banyak lagi yang kita lihat terbangun. Tapi benarkah itu yang dikendaki rakyat, dengan segala bangunan mewah disana-sini?

Bagi mereka yang telah diberi kepercayaan tuk mengelola negeri ini, mereka akan berkata Indonesia telah merdeka. Tapi lihatlah betapa naïf dan butanya mata hati para pemimpin negeri takkala menggunakan keuangan Negara bukan didasarkan untuk kesejahteraan rakyat tapi untuk kepentingan pribadi ataupun golongan. Nazarrudin contohnya, seorang politisi partai berkuasa beserta jaringannya bermain dalam proyek-proyek dilembaga-lembaga besar Negara untuk satu tujuan "mendapatkan uang untuk pribadi ataupun golongannya.” Secara logis, seharusnya merekalah --politisi dan pengelola negara-- pasukan garda terdepan pemerhati rakyat kecil yang tertindas.

Oleh karena itu bila kita menyadari dan merenungi arti sesungguhnya dari kemerdekaan, maka kita sesungguhnya belum merdeka. Kita sedang diperbudak oleh segelintir orang yang dipenuhi hawa nafsu untuk menguasai negeri demi kepentingan pribadi dan golongannya, bukan demi Indonesia. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme tetap menjadi hantu dan kutu busuk yang akan selalau membayangi, menggerogoti serta menghisap darah kita walaupun dalam kondisi tertidur. Para pemimpin-pemimpin busuk negeri ini dengan leluasanya menjarah serta mencuri keping demi keping emas batangan dan uang rakyat.

Tulisan diatas adalah makna kemerdekaan menurut pemikiran dan opini saya. Saya bangga menjadi anak Indonesia tetapi saya kecewa terhadap pemimpin-pemimpin negeri yang saya kategorikan “BOTOL” --bodoh dan tolol-- karena hanya mengejar materi dan gensi semata tanpa mengetahui fungsi dan tugasnya sebagai perpanjangan tangan kesejahteraan rakyat.
Indonesia itu sudah merdeka tapi masih terjajah.

CINTAI NEGERI INI DENGAN HATI, DIRGAHAYU INDONESIA.

2 comments:

Maya Basoeki said...

MERDEKA!! Setuju dengan Ferdi.. Ni bangsa merdeka sudah 66 tahun, tapi sejujurnya masih banyak hal yg harus terus diperjuangkan untuk kemerdekaan yg sejati.. B improvisasi Mahatma Gandhi pung quote : Indonesia ini bisa memberikan kemakmuran bagi 240 juta jiwa penduduknya, tapi tidak akan cukup untuk satu manusia SERAKAH yang duduk di badan pemerintahan..

ferdinand.anaboeni said...

Maya : MERDEKA JUGA !! Like that quote. Quote itu layak dan patut dijadikan bahan refleksi bagi pemimpin-pemimpin kita yang duduk penuh kebanggaan dan kehormatan selangit di Jakarta sana.

Thx y. Bless u.

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...